Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke Indonesia
melalui kontak perdagangan. Pada awalnya, orang-orang India bersikap aktif
dalam perdagangan tersebut. Hal ini menurut Claudius Ptolomeus (Yunani)
didorong oleh kekayaan Indonesia akan emas, perak, cengkih, dan lada yang
menarik para pedagang mancanegara. Hubungan perdagangan ini telah berlangsung
sejak sekitar abad ke-5 M. Khusus mengenai penyebaran hinduisme sebagai agama dijelaskan melalui
banyak teori.
1.
Teori brahmana
Teori ini dikemukakan oleh Van Leur yang
berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh pendeta. Teori ini
memiliki kelemahan, yaitu di India ada peraturan bahwa brahmana tidak boleh
keluar dari negerinya. Jadi, tidak mungkin mereka dapat menyiarkan agama ke
Indonesia.
2.
Teori ksatria
Teori ini dikemukakan oleh Majumdar,
Moekrji, dan Nehru. Mereka berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia
dibawa oleh prajurit yang mengadakan ekspansi. Oleh sebab itu, teori ini sering
pula disebut teori kolonisasi. Kelemahan teori ini adalah tidak ada bukti
sejarah yang menunjukkan bahwa Indonesia pernah ditaklukkan India.
3.
Teori waisya
Teori ini dikemukakan oleh Krom yang
mengatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang,
mengingat bahwa sejak tahun 500 SM, Nusantara telah menjadi jalur perdagangan
antara India dan Cina. Dalam perjalanan perdagangan
inilah diperkirakan para pedagang India itu singgah di Indonesia dan
menyebarkan agama Hindu.
4.
Teori sudra
Teori ini dikemukakan oleh banyak orang.
Intinya adalah bahwa agama Hindu dibawa oleh kaum sudra yang datang di Nusantara
untuk memperbaiki nasib.
5.
Teori nasional
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch
yang mengatakan bahwa dalam proses penyebaran agama Hindu ini, bangsa Indonesia
berperan sangat aktif. Setelah dinobatkan sebagai seorang Hindu, mereka
kemudian giat menyebarkan agama Hindu dan segala aktivitasnya. Pendapatnya ini
didasarkan pada temuan adanya unsur-unsur budaya India dalam budaya Indonesia.
Menurutnya, pada masa itu telah terbentuk golongan cendekiawan yang disebut
"Clerk". Proses akulturasi antara budaya Indonesia dan India
disebutnya sebagai proses penyuburan. Hal-hal yang dilakukan para brahmana di Indonesia dalam rangka
penghinduan, antara lain,
a.
Abhiseka, yaitu upacara penobatan raja
b.
Vratyastoma, yaitu upacara pencucian
diri (pemberian kasta)
c.
Kulapanjika, yaitu memberikan
silsilah raja
d.
Castra, yaitu cara membuat
mantra
6.
Teori arus balik
Menurut teori ini, bangsa Indonesia tidak
hanya menerima pengetahuan agama dari orang-orang asing yang datang. Mereka juga aktif mencari ilmu agama di negeri orang
dan menyebarkannya setelah kembali ke kampung halamannya.
B.
Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
1)
Kerajaan Kutai
Kerajaan
ini terletak di Kalimatan Timur
dan merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Peninggalan bersejarah yang di
temukan adalah tujuh buah prasasti yang dipahatkan di atas tiang batu yang
disebut yupa. Prasasti ini berhuruf pallawa dan berangka tahun 400M. Raja yang
pernah memerintah Kerajaan Kutai adalah Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Dengan
ditemukannya prasasti tersebut menyebabkan bangsa Indonesia memasuki zaman
sejarah baru.
2)
Kerajaan Tarumanegara ( abad 5 M)
Kerajaan ini letaknya di
sekitar Bogor, Jawa Barat. Prasasti yang ditemukan semua berhuruf pallawa dan berbahasa sanseketa yaitu:
-
Prasasti
Tugu
-
Prasasti
Lebak
-
Prasasti
Pasir Awi
-
Prasasti
Jambu
-
Prasasti
Muara Ciaruten
-
Prasasti
Kebon Kopi
Dari prasasti
di atas dikatakan bahwa raja yang memerintah kerajaan Tarumanegara adalah
Purnawarman, seorang raja yang bijaksana dan sangat memperhatikan kemakmuran
rakyatnya. Sumber bukti lainnya mengenai kerajaan ini adalah berita dari
seorang pendeta Budha dan Cina yang bernama fa hien.
3)
Kerajaan Melayu
Mengenai
kerajaan ini diperkirakan terletak di sekitar daerah Jambi dengan seorang raja
yang sering disebut Adityawarman. Sementara menurut berita Cina, pendeta
I-Tsing setelah belajar di Sriwijaya kemudian ia pergi ke Melayu.
4)
Kerajaan Sriwijaya (7 M)
Kerajaan Sriwijaya
ini terletak di Palembang, Sumatra Selatan. Bukti adanya kerajaan ini dengan
ditemukannya prasasti-prasasti yang berhuruf pallawa, yaitu : prasasti Talang
Tuo, prasasti Kota Kapur, prasasti Karang Berahi, prasasti Kedukan Bukti, dan
prasasti Telaga Batu. Dari prasasti, proses tersebut diketahui bahwa Kerajaan Sriwijaya
beragam budha dan merupakan kerajaan yang besar dan makmur dengan puncak
kejayaan pada masa Raja Balaputradewa.
5)
Kerajaan Majapahit
Terletak di desa Tarik Mojokerto, Jawa Timur. Pendiri kerajaan ini yaitu
Raden Wijaya. Pada masa pemerintahan Tri Buwana Tungga Dewi diangkat seorang maha patih
bernama Gajah Mada. Pengganti pemerintahan ini adalah Raja Hayam Wuruk yang dibantu oleh patih Gajah Mada dengan sumpah palapa dan
berhasil menyatukan nusantara di bawah Kerajaan Majapahit. Kerutuhan Kerajaan Majapahit antara lain:
·
Adanya perkembangan Islam dari
Kerajaan Demak
·
Banyak daerah kekuasaannya melepaskan
diri
·
Lemahnya raja-raja pengganti Hayam Wuruk
·
Mundurnya perekonmian akibat perang saudara
·
Adanya
perang paregreg / perang saudara
6)
Kerajaan Bali
Sumber Sejarah
1.
Prasasti Bali berisi tentang
perizinan kepada
para biksu untuk membuat pertapaan di bukit Chintamani.
2.
Prasasti Blanjong yang
berbahasa Bali Kuno.
3.
Prasasti Sanur yang memakai
huruf Nagari dengan
bahasa Bali Kuno
dan Sanskerta.
Dari prasasti Belanjong dapat diketahui
bahwa raja-raja Bali yaitu:
1.
Khesari Warmadewa
2.
Ugrasena, setelah
mangkat ia dicandikan di air Madatu.
3.
Jayasingha Warmadewa, membangun pemandian di Desa Manukraya yaitu
pemandian Tirta Empul di Istana Tampak Siring.
4.
Jayasadhu
5.
Dharmodayana, pada saat
pemerintahannya Bali semakin jelas keadaannya terlebih lagi dengan adanya
perkawinannya dengan Gunapriya Dharmapatmi yang kemudian mempunyai tiga orang
anak.
Pertempuran
antara pasukan Gajah Mada dan pasukan Bali yang dipimpin oleh Kebo Iwa yang
kemudian ia berhasil membujuk Gajah Mada untuk pergi ke Majapahit sesampainya
di Majapahit Kebo Iwa dibunuh. Selanjutnya Gajah waktra yang
berada di Bali ikut di bunuh dan
Bali
berada pada tangan Majapahit. Masyarakat umumnya hidup bercocok tanam
dan memelihara binatang ternak. Mereka hidup berkelompok
dalam satu daerah dan membagi menjadi dua
kelompok yaitu golongan Catur Warna dan golongan luar kasta.
7)
Kerajaan Kediri (abad 12 M)
Berdiri di
daerah Daha, Kediri, Jawa Timur. Raja yang terkenal Raja Jayabaya. Sedangkan
menurut sumber dari Cina bahwa Kerajaan Kediri merupakan kerajaan yang aman, tentram,
dan makmur.
8)
Kerajaan Medang (abad 10 M)
Terletak
di sekitar Sungai Brantas dekat Kota Jombang, Jawa Timur. Kerajaan ini
merupakan pindahan dari Kerajaan Mataram Kuno yang mengalami kehancuran.
Pendiri kerajaan ini adalah Mpu Sindok yang menamakan dirinya Dinasti Isyana.
9)
Kerajaan Singasari (abad 13)
Muncul
setelah adanya perang ganter 1222 M. Dalam perang ini akhirnya Raja Kertajaya
yang otoriter dari Kerajaan Kediri kalah melawan para brahmana yang dibantu
oleh Ken Arok. Kerajaan Kediri kalah dan berdirilah Kerajaan Singasari dengan
Raja Ken Arok adan bergelar Kertarajasa.
10)Kerajaan Mataram
Kuno/Hindu (abad 8 M)
Letak
kerajaan ini dekat Magelang, Jawa tengah. Hal ini dibuktikan dengan adanya
prasasti Canggal, yang menceritakan bahwa kerajaan ini pernah di perintah oleh
Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.
11)Kerajaan Sunda
Letak
kerajaan di pakuan Pajajaran kemudian pindah ke Kawali. Pada masa pemerintahan
Raja Sri Baduga Maharaja terjadi peristiwa perang bubat antara Majapahit dengan
Pajajaran.
C.
Peningkatan
Kebudayaan Terpenting
Kebudayaan
terpenting peninggalan Hindu-Budah meliputi:
1. Bangunan Candi
a.
Jenis Candi di Indonesia, yaitu Candi
Hindu dan Budha
b.
Fungsi Candi, yaitu dalam agama Hindu
berfungsi sebagai tempat pemakaman dan fungsi menurut agama Budha sebagai
tempat upacara keagamaan
c.
Kelompok candi berdasarkan
langgamnya, yaitu:
o Candi Jawa Tengah bagian utara
o Candi Jawa Tengah bagian selatan
o Candi Jawa Timur
perbedaan bangunan candi Jawa Tengah dan
Jawa Timur antara lain:
Candi Jawa Barat:
- Bangunan
Candi terbuat dari batu bara
- Relief
candi simbolis
- Atap candi seperti pohon cemara
- Arah candi menghadap ke barat
- Bentuk candi ramping dan tinggi
- Induk candi menjorok ke belakang
Candi Jawa Tengah:
- Bangunan candi terbuat dari batu andesit
(batu kali)
- Relief candi realis
- Atap candi berundak-undak
- Arah candi menghadap ke timur
- Bentuk candi tambun
- Induk candi tepat di tengah
2. Patung Dewa
Dalam kebudayaan Hindu-Budha biasanya dewa
diwujudkan dalam bentuk patung.
3. Sastra
Hasil peninggalan bidang sastra antara lain
Ramayana, Mahabarata, Barata Yuda dll.
4. Seni Ukir
Hasil pahatan dan ukiran nampak indah dan
mengangumkan pada relief-relief bangunan candi.
5. Barang-barang
logam
Barang atau benda yang terbuat dari
logam dan perunggu yang indah di antaranya, arca, lampu gantung, genta,
mangkok, jambangan dan tempat dupa untuk upacara agama. dan masih banyak lagi
peninggalan yang berupa seni lainya.
D.
Runtuhnya
Kebudayaan Hinduh-Budha
di Indonesia
Penyebab runtuhnya kerajaan yang bercorak
Hindu-Budha antara
lain:
a.
Adanya perang Paragrag di Majapahit
b.
Banyak daerah kekuasaan yang
melepaskan diri kerajaan sriwijaya maupun Majapahit
c.
Berkembangnya syiar agama Islam yang
berhasil menarik simpati masyarakat
d.
Kerajaan Islam Demak berkembang
pesat, sementara Sumatra juga berkembang pesat kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam.
E. Proses
Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
Agama Islam masuk dan berkembang di
Nusantara secara damai. Ada beberapa sumber sejarah mengenai masuknya Islam ke
Nusantara.
1. Abad ke-7 yang diberitakan dinasti Tang bahwa di Sriwijaya
sudah ada perkampungan muslim yang mengadakan hubungan dagang dengan Cina.
2. Abad ke-11 adanya makam Fatimah binti Maimun yang berangka
tahun 1028 di Leran, Gresik, Jawa Timur.
3. Abad ke-13 tepatnya tahun 1292 Marcopolo mengunjungi Kerajaan Samudra
Pasai.
Berdasarkan berita dari Marcopolo pada
tahun 1292 dan cerita dari Ibnu Batutah yang mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai
pada abad ke-14, maka diperkirakan agama Islam sudah masuk di Indonesia sejak
abad ke-13. Di samping itu, batu nisan kubur Malik al Saleh yang meninggal
tahun 1297 juga memperkuat bukti-bukti bahwa pada saat itu telah terdapat
kerajaan Islam di Indonesia.
Ada
beberapa pendapat mengenai asal mula Islam masuk ke Nusantara.
1.
Islam berasal dari Arab. Hal
ini sesuai berita dari dinasti Tang, pedagang Arab yang singgah di Sriwijaya
untuk mengisi bahan bakar kemudian ke Cina.
2.
Islam berasal dari Persia. Hal
ini karena di Indonesia ada aliran tasawuf seperti di Persia (Iran).
3.
Islam berasal dari India
(Gujarat) dengan alasan unsur Islam di Indonesia menunjukkan kesamaan yang ada
di India dan bentuk nisan Malik al Saleh menyerupai bentuk batu nisan di India.
Selain itu, ada tokoh yang beralasan dari Gujarat. Kelompok ini dipelopori oleh
Snouck Hurgronje dan diikuti oleh J.P. Moquute, R.A. Kern. Pendapat ini didasarkan pada:
a.
akibat
kemunduran dinasti Abbasiah Bagdad oleh Hulagu pada tahun 1258,
b.
berita Marcopolo tahun 1292,
c.
berita
Ibnu Batutah pada abad ke-14,
d.
nisan kubur Sultan Malik as
Saleh yang berangka tahun awal Majapahit 1297,
e.
kedatangan Islam hingga
terbentuknya masyarakat muslim di Indonesia sejak abad ke-13 berdasarkan pada
ajaran tasawuf yang berasal dari Persia.
Islam menyebar di
Indonesia melalui cara-cara berikut.
a)
Peranan
Kaum Pedagang
Seperti halnya
penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang peranan penting dalam proses
penyebaran agama Islam, baik pedagang dari luar Indonesia maupun para pedagang Indonesia. Para
pedagang itu datang dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat
transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti
Perlak dan Samudra Pasai juga didatangi para pedagang.
Mereka tinggal di
tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin
musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran antarpedagang dari berbagai
bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya
melakukan perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.
Di antara para pedagang
tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama
Islam. Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka,
mulailah ada penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan
penganut agama Islam makin banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para
pedagang Islam di daerah pesisir.
Penduduk setempat yang
telah memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada sesama pedagang,
juga kepada sanak keluarganya.
Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga ada
yang menikah dengan penduduk setempat sehingga lahirlah keluarga dan anak-anak
yang Islam.
Hal ini berlangsung
terus selama bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam,
yang setelah kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah
lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
b)
Peranan
Bandar-Bandar di Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau
persinggahan kapal-kapal dagang. Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan
sebagai tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan
internasional, Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki
peranan dan arti yang penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
Di bandar-bandar inilah
para pedagang beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para pedagang lain
ataupun kepada penduduk setempat. Dengan demikian, bandar menjadi pintu masuk
dan pusat penyebaran agama Islam ke Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat
kerajaan yang bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara
sungai.
Dalam perkembangannya,
bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai,
Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik,
Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk
agama Islam. Akibatnya, rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.
Peranan bandar-bandar
sebagai pusat perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para pedagang di dalam
kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yang penempatannya ditentukan atas
persetujuan dari penguasa kota tersebut, misalnya di Aceh, terdapat
perkampungan orang Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu.
Begitu juga di Banten
dan kota-kota pasar kerajaan lainnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam memiliki ciri-ciri
yang hampir sama antara lain letaknya di pesisir, ada pasar, ada masjid, ada
perkampungan, dan ada tempat para penguasa (sultan).
c)
Peranan
Para Wali dan Ulama
Salah satu cara
penyebaran agama
Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping
sebagai pedagang, para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga
para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran
Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat
objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai
bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan
ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan
pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa,
penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang
sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para
wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan
pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat
sultan.
Karena dekat dengan
kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang
dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut.
1.
Sunan
Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang
pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
2.
Sunan
Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel,
Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
3.
Sunan
Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel.
Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
4.
Sunan
Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel.
Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
5.
Sunan
Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid
Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan
filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
6.
Sunan
Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar
Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan
metode bermain.
7.
Sunan
Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus,
Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara
Kudus.
8.
Sunan
Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng
Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat
dengan rakyat jelata.
9.
Sunan
Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di
Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
F.
Kerajaan-Kerajaan Bercorak
Islam di
Indonesia
Dengan masuknya Islam, munculah beberapa kerajaan–kerajaan
Islam di
Indonesia,
yaitu:
1. Kerajaan Perlak
Meupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia. Raja yang
pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz. Kerajaan ini mengalami
masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin
Syah II Johan berdaulat.
2. Kerajaan
Samudra Pasai
Kerajaan
ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh (merah silu) dan sekaligus sebagai
raja pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara
Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh). Kerajaan
Samudra Pasai dapat dikatakan sebagai awal bangkitnya kekuasaan Islam di
indonesia sebab Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang
penting di Indonesia.
3. Kerajaan Aceh
Pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim (Ali
Mughayat Syah) setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511),
pedagang Islam pindah berdagang di Aceh sehingga Aceh ramai.
Barang dagangan di Aceh adalah lada.
Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaan pada masa Sultan
Iskandar Muda (1607 – 1636) yang dapat meluaskan wilayah
sampai ke Malaya / Malaysia. Perluasan wilayah dapat digunakan untuk menguasai
perdagangan dan menyebarkan agama Islam. Aceh mengalami kemuduran semenjak raja
pengganti dari Sultan Iskandar Muda dan Sultan Iskandar Thani merupakan tokoh
yang lemah.
4. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak terletak di daerah pantai
utara Jawa Tengah antara kota Semarang dengan Surabaya. Pendiri kerajaan Demak
adalah Raden Patah yang dibantu oleh para wali. Kerajaan Demak merupakan
kerajaan Islam pertama di Jawa dan rajanya yang pertama adalah Raden
Patah. Demak dapat berkembang maju disebabkan oleh faktor – faktor sebagai
berikut:
a. Letak strategis
(di daerah pantai) sehingga mudah berhubungan dengan dunia luar
b. Menguasai
beberapa pelabuhan, yaitu Jepara, tuban, gresik dan lain – lain
c. Ada sungai
sebgai penghubung dengan daerah pedalaman (asal barang dagangan)
d. Runtuhnya
kerajaan Majapahit yang merupakan pusat agama Hindu dan Budha
Keruntuhan
Kerajaan
Demak
diawali dengan wafatnya Sultan Trenggono,
karena terjadi perebutan tahta kerajaan. Aria Penangsang berhasil membunuh
Prawata (putra Sunan Trenggono) yang merasa lebih berhak atas
tahta kerajaan. Aria Penangsang sendiri berhasil dibunuh oleh Hadiwijaya,
adipati pajang dan menantu Sultan Trenggono.
Kemudian pusat pemerintahan Demak di pindahkan ke Pajang.
5. Kerajaan Pajang
Munculnya kerajaan Pajang tidak dapat
dipisahkan dari keberadaan Jaka Tingkir (Mas Karebet) atau Pangeran Hadiwijaya.
Setelah berhasil mengalahkan Arya Penangsang, Adiwijaya memindahkan
pusat kerajaan Demak ke Pajang. Jaka tingkir setelah menjadi raja bergelar Sultan
Hadiwijaya. Oleh Jaka Tingkir Kerajaan Demak dipindah ke Pajang dengan
alasan:
a. Kerajaan Demak akibat
perang saudara
b. Mendekati
daerah subur seperti Klaten, Surakarta
c. Menjauhi musuh–musuh
politiknya
d. Mendekati asal
usulnya yaitu tingkir dan pajang
Keberhasilan
Jaka
Tingkir
menjadi raja berkat dukungan dari Kyai Ageng Pemanahan dan
sepeninggal Sultan Hadiwijaya. Pajang dikuasai
putranya yang bernama Pangeran Banawa. Karena
tidak mampu memegang tahta kekuasaan sewaktu diberontak Sultan Panggiri, Banawa dibantu Sutawijaya dan
menyerahkan Kerajaan Pajang ke Sutawijaya. Oleh Sutawijaya Kerajaan Pajang dipindah
ke Mataram.
6. Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram
didirikan oleh Sutawijaya (1586 – 1601). Sutawijaya setelah menjadi raja
bergelar Panembahan Senopati. Pada masa pemerintahannya banyak pemberontakan
tetapi semua dapat dipadamkan. Setelah meninggal dimakamkan di Kota Gede Yogyakarta. Pengganti
Sutawijaya
antara lain:
a. Mas Jolang
Panembahan Sedo Krapyak (1601 – 1613)
b. Amangkurat I
(1645 – 1677)
c. Amangkurat II
Adipati Anom (1677 – 1702)
d. Amangkurat III
Sunan Mas (1702 – 1708)
e. Amangkurat IV
Paku Buwono
Ibukota kerajaan dari Kartosuro dipindah ke
Surakarta.
Menurut perjanjian Giyanti (1755) Mataram pecah menjadi 2:
1)
Mataram Timur (Kasunanan Surakarta) di bawah paku Buwono
III
2)
Mataram Barat (Kasultanan Yogyakarta) di bawah mankubumi
yang bergelar hamengkubuwono I
Oleh Belanda kerajaan dipecah–pecah lagi seperti:
1)
Kasunanan Surakarta menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran
(isi perjanjian Salatiga 1757)
2)
Kasultanan Yogyakarta menjadi kasultanan dan paku Alaman.
7. Kerajaan Banten
Kerajaan Banten didirikan oleh
Fatahillah/Faletehan kemudian diserahkan pada Hasanudin (1552). Banten berkembang
pesat disebabkan oleh :
Letaknya strategis
Sumber dagangan (lada dan beras)
Raja yang pernah memerintah:
1.
Abdul Fattah (Sultan Ageng Tirtayasa
tahun 1651
– 1682)
Banten
mengalami masa kejayaan. Pada masa ini terjadi perang saudara yaitu antara
putera Sultan Ageng Tirtayasa.
Pangeran Purbaya bermusuhan dengan Sultan Haji yang
dibantu Belanda. Dalam perang itu dimenangkan oleh
Sultan
Haji.
2.
Sultan Haji (1682 – 1687)
Banten
menjadi mundur karena ditekan Belanda dan pemberontakan–pemberontakan
dari rakyat yang dipimpin Kyai Tapa, Ratu Bagus Buang dan lain –
lain. Pada tahun 1687 Banten jatuh ke tangan VOC.
8. Kerajaan Cirebon
Pendirinya
adalah Fatahillah,
setelah meninggal Cirebon pecah menjadi 2, yaitu kasepuhan dan
kanoman.
9. Kerajaan Banjar
Kerajaan
Banjar
merupakan kerajaan Islam yang terletak di Kalimantan Selatan.
Pendirinya adalah Pangeran Samudra/Sultan Suryanullah.
Perdagangan sebagai nadi ekonomi dengan dagangan berupa emas, manik – manik,
kapur barus. Penyebaran agama Islam di Banjar (Kalimantan)
dilakukan oleh penghulu Demak (pemuda Banjar yang belajar agama
ke Demak).
10.
Kerajaan Makasar
Didirikan dari gabungan 2 kerajaan, yaitu Gowa dan Tallo dan
beribukota di Sombaopu. Raja gowa adalah Daeng Manrabia, Sultan Alaudin. Raja Tallo
adalah Kraeng
Matoaya, Sultan Abdullah, Magnkubumi/Patih. Sultan Alaudin kemudian
dijadikan Raja
Gowa
Tallo. Sultan
Alaudin
diganti oleh Sultan Muhammad Said, kemudian Sultan Muhammad Said diganti
putranya yaitu Hasanudin. Pada masa Sultan Hasanudin, Makasar
mengalami kejayaan, hal itu disebabkan:
§ Letak strategis
(antara Malaka–Maluku)
§ Pelabuhan Sombaopu (Pelabuhan Transito)
§ Perdagangan
maju (kerajaan maritime)
Makasar
sudah menata laut dengan baik karena mempunyai undang – undang hukum laut
dinamakan APOLOPILOPING.
11.
Kerajaan Ternate
Terletak
di Maluku bagian Utara sebagai pusat dengkih. Pada masa Sultan
Baabullah, Ternate mengalami kejayaan.
12.
Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore juga
terdapat di Maluku bersahabat dengan Ternate. Tetapi setelah
bangsa asing masuk (Portugis dan Spanyol), Ternate dan Tidore diadu
domba. Pada masa pemerintahan Sultan Nuku, Tidore bersatu
dengan Ternate untuk mengusir Portugis. Sewaktu
bermusuhan dengan Ternate muncul persekutuan dagang yaitu:
◊
Uli lima (Ternate sebagai ketua) =
Ternate, Seram, Ambon, Obi, Bacan
◊
Uli Siwa (Tidore sebagai ketua) = Tidore, Jailolo, Maluku, Irian
D.
Peninggalan sejarah bercorak Islam
Peninggalan –
peninggalan sejarah Islam di Indonesia antara lain:
1.
Masjid
2.
Menara masjid
3.
Makam / Nisan
4.
Gapura
5.
Keraton
6.
Kaligrafi
7.
Seni Sastra, seperti:
Babat: cerita sejarah, tetapi banyak bercampur mitos dan
kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal.
Hikayat: suatu karya sastra yang berisi cerita atau
dongeng dan sering dikaitkan dengan tokoh sejarah.
Syair: merupakan karya sastra yang berupa sajak dan
terdiri atas empat baris. Syair ini mirip dengan pantun.
Suluk: karya sastra yang berisi tasawuf.