Senin, 25 November 2013

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “Agama ISLAM Pada Masa Pembangunan”

MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“Agama ISLAM Pada Masa Pembangunan”



1.       PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
           Pengertian Islam bisa kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek peristilahan. Dari segi kebahasaan, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah swt. disebut sebagai orang Muslim.
           Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah swt. dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal itu dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan telah menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.
           Adapun pengertian Islam dari segi istilah, banyak para ahli yang mendefinisikannya, di antaranya Prof. Dr. Harun Nasution. Ia mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai agama) adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad saw sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia.
B.    TUJUAN
·        Mengetahui bagaimana keadaan agama Islam pada masa pembangunan.
·        Mengetahui organisasi – organisasi apa saja yang ada pada Islam
·        Mengetahui peranan organisasi – organisasi Islam
C.     RUMUSAN MASALAH
1.     Bagaimana keadaan agama Islam pada masa pembangunan?
2.     Apa saja organisasi Islam pada masa pembangunan?
3.     Apa peranan organisasi tersebut?


Peran Islam dalam Pembangunan Bangsa Indonesia
           Pengertian Islam bisa kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek peristilahan. Dari segi kebahasaan, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah swt. disebut sebagai orang Muslim.
Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah swt. dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal itu dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan telah menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.
Adapun pengertian Islam dari segi istilah, banyak para ahli yang mendefinisikannya, di antaranya Prof. Dr. Harun Nasution. Ia mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai agama) adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad saw sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia.
Sementara itu Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau  persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi Allah, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an, melainkan pula pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya pada undang-undang Allah.
Di kalangan masyarakat Barat, Islam sering diidentikkan dengan istilah Muhammadanism dan Muhammedan.Peristilahan ini timbul karena pada umumnya agama di luar Islam namanya disandarkan pada nama pendirinya. Di Persia misalnya ada agama Zoroaster. Agama ini disandarkan pada nama pendirinya, Zarathustra. Agama lainnya, misalnya agama Budha, agama ini dinisbahkan kepada tokoh pendirinya, Sidharta Gautama Budha (lahir 560 SM). Demikian pula nama agama Yahudi yang disandarkan pada orang-orang Yahudi (Jews) yang berasal dari negara Juda (Judea) atau Yahuda.
Penyebutan istilah Muhammadanism dan Muhammedan untuk agama Islam, bukan saja tidak tepat, akan tetapi secara prinsip hal itu merupakan kesalahan besar. Istilah tersebut bisa mengandung arti bahwa Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad, sebagaimana perkataan agama Budha yang mengandung arti agama yang dibangun Sidharta Gautama Budha atau paham yang berasal dari Sidharta Gautama. Analogi nama dengan agama-agama lainnya tidaklah mungkin bagi Islam.
Berdasarkan keterangan tersebut, Islam menurut istilah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah swt, bukan berasal dari manusia/Nabi Muhammad saw. Posisi Nabi dalam agama Islam diakui sebagai orang yang ditugasi Allah untuk menyebarkan ajaran Islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran agama Islam, nabi terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan tata cara ibadahnya. Keterlibatan nabi ini pun berada dalam bimbingan wahyu Allah swt.
Dengan demikian, secara istilah, Islam adalah nama agama yang berasal dari Allah swt. Nama Islam tersebut memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu, golongan tertentu, atau negeri tertentu. Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh Allah swt. Hal itu dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan Allah swt.
Dalam konteks dunia Islam muncul Tripologi pemikiran politik tentang konsep agama dan politik sebagaimana yang disebutkan oleh Ma’mun Murod Al Brebesy dalam bukunya “Menyikapi Pemikiran Politik Gusdur dan Amien Rais Tentang Negara”.
1.  Aliran ini berpendirian bahwa Islam bukanlah agama sebagaimana dalam pengertian barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi Islam merupakan agama penyempurna yang mengatur segala aspek kehidupan termasuk dalam kehidupan bernegara, pemikiran ini diwakili oleh M.rasyid ridho, Al Maududi dan M.Qutb.
2.  Aliran yang kedua ini berpendirian bahwa Islam sebagai agama dalam pengertian barat yang tidak berkaitan dengan urusan keagamaan. Kehadiran Muhammad sebagai rasul tidak pernah dimaksudkan untuk mendirikan atau mengepalai suatu Negara. Pemikiran ini diwakili oleh Ali Abdul Al raziq.
3.   Aliran pemikiran yang ketiga ini menolak pandangan Islam sebagai agama yang serba lengkap dan bahwa dalam Islam terdapat sisitem ketatanegaraan, aliran ini berpendirian bahwa dalam Al-qur’an tidak terdapat sistem politik tetapi terdapat seperangkat nilai, etika bagi kehidupan, dan berkelangsungan suatu sistem politik. Aliran ini diwakili oleh M.Abduh dan M.Husein Haikal.
Melihat Tripologi di atas, sistem atau pemikiran politik yang saat ini sesuai dan diterapkan di Indonesia adalah aliran yang ketiga, yakni yang di wakili oleh M.Abduh danM.Husein Haikal. Haikal mengatakan, umat Islam tidak perlu kembali melihat pemerintahan klasik Islam, sebab sangat beragam dan kontekstual. Umat Islam harus melihat yang terbaik untuk dirinya pada saat ini yang menjamin hak dan kewajiban dengan prinsip-prinsip Islam yang berangkat dari ketauhidan, keadilan, kemerdekaan dan persamaan derajat. Dengan kata lain, menurut Haikal sistem pemerintahan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Islam adalah sisitem yang menjamin kebebasan dan berasaskan prinsip, bahwa pengangkatan kepala Negara dan kebijaksanaannya harus berdasarkan atas persetujuan rakyat, bahwa rakyat berhak mengawasi pelaksanaan pemerintahan dan meminta pertanggungjawaban.
Sejarah Islam di Indonesia
Pengaruh Islam terhadap perpolitikan nasional punya akar sejarah yang cukup panjang. Jauh sebelum penjajah kolonial bercokol di tanah air, sudah berdiri beberapa kerajaan Islam besar. Kejayaan kerajaan Islam di tanah air berlangsung antara abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi.
Salah satu penyebabnya adalah karena umat Islam menjadi penduduk mayoritas bangsa ini. Selain itu, dalam ajaran Islam sangat dianjurkan agar penganutnya senantiasa memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi orang banyak, bangsa, bahkan dunia. Penguasaan wilayah politik menjadi sarana penting bagi umat Islam agar bisa memberikan kontribusi bagi bangsa ini.
Berikut ini merupakan uraian mengenai kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional di setiap era/ masa bangsa ini:
Era Kerajaan-Kerajaan Islam Berjaya
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke- 7 Masehi melalui jalur pelayaran yang bersifat internasional melalui selat malaka yang menghubungkan dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat. Jauh sebelum penjajah kolonial masuk ke tanah air, sudah berdiri beberapa pengaruh Islam terhadap perpolitikan nasional yang memiliki akar sejarah yang cukup panjang dengan ditandai oleh kerajaan-kerajaan islam. Kejayaan kerajaan Islam di tanah air berlangsung antara abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi.
Pada perkembangannya, Islam mengalami pertumbuhan yang begitu pesat, terbukti dengan berdirinya Kerajaan Islam pertama di Indonesia salah satunya yaitu Samudera Pasai di Aceh. Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya yaitu VOC, sejak saat itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.
Era Kolonial dan Kemerdekaan (Orde Lama)
Peranan Islam dan umatnya tidak dapat dilepaskan terhadap pembangunan politik di Indonesia baik pada masa kolonial maupun masa kemerdekaan. Pada masa kolonial Islam harus berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada masa kemerdekaan Islam harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam komunisme dengan segala intriknya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejarah secara tegas menyatakan kalau pemimpin-pemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan NKRI. Baik itu mulai dari penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan Undang-Undang Dasar Negara
Para pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam pernah mengusulkan agar Indonesia berdiri di atas Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam Jakarta. Namun, format tersebut hanya bertahan selama 57 hari karena adanya protes dari kaum umat beragama lainnya. Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia menetapkan Pancasila sebagai filosofis negara.
Era Orde Baru
Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas di dalam negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh ditampilkan, termasuk ideologi politik Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi depolitisasi politik di dalam perpolitikan Islam.
Politik Islam terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama di sebut kaum skripturalis yang hidup dalam suasana depolitisasi dan konflik dengan pemerintah. Kelompok kedua adalah kaum subtansialis yang mendukung pemerintahan dan menginginkan agar Islam tidak terjun ke dunia politik
Era Reformasi
Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era reformasi. Saat itu rakyat Indonesia bersatu untuk menumbangkan rezim tirani Soeharto. Perjuangan reformasi tidak lepas dari peran para pemimpin Islam pada saat itu. Beberapa pemimpin Islam yang turut mendukung reformasi adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul Ulama.  Muncul juga nama Nurcholis Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari kalangan santri. Juga muncul Amin Rais dari kalangan Muhamadiyah. Bertahun-tahun reformasi bergulir, kiprah umat Islam dalam panggung politik pun semakin diperhitungkan.
Umat Islam mulai kembali memunculkan dirinya tanpa malu dan takut lagi menggunakan label Islam. Perpolitikan Islam selama reformasi juga berhasil menjadikan Pancasila bukan lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga boleh menggunakan asas Islam. Kemudian bermunculanlah berbagai partai politik dengan asas dan label Islam. Partai-partai politik yang berasaskan Islam, antara lain PKB, PKU, PNU, PBR, PKS, PKNU, dan lain-lain.
Dalam kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah waktunya umat Islam untuk terjun dalam perjuangan politik yang lebih serius. Umat islam tidak boleh lagi bermain di wilayah pinggiran sejarah. Umat Islam harus menyiapkan diri untuk memunculkan pemimpin-pemimpin yang handal, cerdas, berahklak mulia, profesional, dan punya integritas diri yang tangguh.
Peran Islam Terhadap Pembangunan di Indonesia
Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Berkat rahmat Allah SWT, usaha perjuangan kaum muslimin dan seluruh lapisan masyarakat berhasil dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. proses perjuangan yang panjang dalam merebut  kembali kemerdekaan yang telah dirampas oleh penjajah, telah banyak mengobarkan berupa harta benda, jiwa dan raga kaum muslimin.
Setelah merdeka, bebas dari kungkungan kaum penjajah, kaum muslimin secara bertahap mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan disegala bidang, pembangunan fisik material berupa perbaikan sarana transportasi, pertanian, perumahan dan perekonomian, sehingga pembangunan fisik material secara bertahap makin lama makin meningkat. Pembangunan bidang mental seperti meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama, meningkatkan pendidikan, mengembangkan kehidupan dan sosial kemasyarakatan yang aman tertib dan rukun juga dilaksanakan.
Kaum muslimin selalu membangun dan mengisi kemerdekaan itu dengan menselaraskan pembangunan materiil dan spirituil dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur. Kaum muslimin bersama segenap anggota bangsa Indonesia lainnya kini mengatur dan memerintah bangsanya sendiri. Pemerintahan dilaksanakan dengan cara yang demokratis. Keamanan, ketertiban dan kesejahteraan sosial terus diupayakan dan ditegakkan. Demikian juga persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga terwujudlah negara yang aman, adil dan makmur dengan penuh limpahan rahmat dan ridha Allah SWT, sesuai dengan cita-cita kemerdekaan yang dituangkan dalam UUD 1945.
Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan
Organisasi Islam yang sejak zaman penjajah selalu membina dan mendidik umat dengan berbagai ilmu pengetahuan dan mengembangkan semangat perjuangan menentang penjajah, maka setelah merdeka usaha itu pada dasarnya tetap terus dikembangkan dan ditingkatkan lebih baik. Sikap menentang penjajahan dialihkan dan diganti dengan sikap giat, semangat dan etos kerja untuk mencapai ketinggian ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mengisi pembangunan bangsa.
Dalam rangka ikut serta meningkatkan pengetahuan, kecerdasan  dan kualitas masyarakat telah diupayakan melalui pendidikan pada jalur sekolah. Didirikanlah oleh organisasi-organisasi Islam berbagai lembaga pendidikan dari jenjang pendidikan dasar seperti SD, SMP, pendidikan menengah seperti SMA dan pendidikan tinggi seperti Universitas dan Institut yang tersebar diseluruh daerah. Diantara oragnisasi Islam yang giat dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan ialah Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Al-Washliyah, Al-Irsyad, Djamiat Khair, GUPPI, PUI, Al-Khairat, ICMI dan lain-lain.
Peranan Para Individu Muslim dalam Pembangunan
Organisasi Islam yang berperan dalam pembangunan Nasional bukan hanya mereka yang tergabung dalam organisasi. Banyak orang Islam secara pribadi baik sebagai dokter, dosen, pejabat negara, wakil rakyat di DPR, pengusaha, Cendikiawan, petani, guru, pengrajin, dan lain-lain mereka semuanya melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan profesi dan keahliannya masing-masing. Tanpa terikat dengan organisasi keagamaan, mereka menyumbangkan dharma baktinya kepada nusa dan bangsa. Memang menjadi umat Islam tidak harus menjadi anggota organisasi atau partai Islam. Menurut Al Qur’an orang Islam yang baik adalah yang paling bertakwa, yang beriman kepada Allah dan beramal shaleh, dimanapun mereka berada.
Peranan Lembaga Pendidikan dalam Masa Pembanguna
Lembaga pendidikan Islam dalam kegiatannya lebih menekankan pembinaan, peningkatan ilmu pengetahuan dan kecerdasan masyarakat melalui pendidikan pada jalur sekolah dan luar sekolah.
Peningkatan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas yang melalui jalur pendidikan sekolah biasanya terdiri dari pendidikan sekolah umum, seperti SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi dan Madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan perguruan tinggi agama seperti IAIN
Melalui pendidikan ini secara bertahap ilmu pengetahuan bertambah meningkat dan Sumber Daya Manusia lebih berkualitas. Dengan meningkatnya kualitas masyarakat maka hasil kerja masyarakatpun semakin meningkat. Dengan demikian meningkatnya hasil umat melalui jalur luar sekolah, antara lain dilaksanakan melalui pengajian, Taman Bacaan Al Qur’an, kursus-kursus ilmu keagamaan dan pembinaan di Masjid-Masjid.
Demikanlah betapa besar peranan kelembagaan pendidikan Islam dalam pembangunan pembangunan bangsa erat kaitannya dengan sumber daya manusianya sebagai pelaksana pembangunan itu sendiri.
Pembinaan manusia Indonesia seutuhnya dan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Islam tidak bisa dipandang sebelah mata. Di setiap masa dalam kondisi perpolitikan bangsa ini, Islam selalu punya pengaruh yang besar. Sejak bangsa ini belum bernama Indonesia, yaitu era berdirinya kerajaan-kerajaan hingga saat ini, pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak lepas dari pengaruh umat Islam.
Salah satu penyebabnya adalah karena umat Islam menjadi penduduk mayoritas bangsa ini. Selain itu, dalam ajaran Islam sangat dianjurkan agar penganutnya senantiasa memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi orang banyak, bangsa, bahkan dunia. Penguasaan wilayah politik menjadi sarana penting bagi umat Islam agar bisa memberikan kontribusi bagi bangsa ini. Pengaruh Islam terhadap perpolitikan nasional punya akar sejarah yang cukup panjang. Jauh sebelum penjajah kolonial bercokol di tanah air, sudah berdiri beberapa kerajaan Islam besar. Kejayaan kerajaan Islam di tanah air berlangsung antara abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi.
Peranan Islam dan umatnya tidak dapat dilepaskan terhadap pembangunan politik di Indonesia baik pada masa kolonial maupun masa kemerdekaan. Pada masa kolonial Islam harus berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada masa kemerdekaan Islam harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam komunisme dengan segala intriknya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejarah secara tegas menyatakan kalau pemimpin-pemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan NKRI. Baik itu mulai dari penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan Undang-Undang Dasar Negara. Para pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam pernah mengusulkan agar Indonesia berdiri di atas Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam Jakarta. Namun, format tersebut hanya bertahan selama 57 hari karena adanya protes dari kaum umat beragama lainnya. Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia menetapkan Pancasila sebagai filosofis negara.
Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas di dalam negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh ditampilkan, termasuk ideologi politik Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi depolitisasi politik di dalam perpolitikan Islam. Politik Islam terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama di sebut kaum skripturalis yang hidup dalam suasana depolitisasi dan konflik dengan pemerintah. Kelompok kedua adalah kaum subtansialis yang mendukung pemerintahan dan menginginkan agar Islam tidak terjun ke dunia politik.
Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era reformasi. Saat itu rakyat Indonesia bersatu untuk menumbangkan rezim tirani Soeharto. Perjuangan reformasi tidak lepas dari peran para pemimpin Islam pada saat itu. Beberapa pemimpin Islam yang turut mendukung reformasi adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul Ulama.
Muncul juga nama Nurcholis Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari kalangan santri. Juga muncul Amin Rais dari kalangan Muhamadiyah. Bertahun-tahun reformasi bergulir, kiprah umat Islam dalam panggung politik pun semakin diperhitungkan. Umat Islam mulai kembali memunculkan dirinya tanpa malu dan takut lagi menggunakan label Islam. Perpolitikan Islam selama reformasi juga berhasil menjadikan Pancasila bukan lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga boleh menggunakan asas Islam. Kemudian bermunculanlah berbagai partai politik dengan asas dan label Islam. Partai-partai politik yang berasaskan Islam, antara lain PKB, PKU, PNU, PBR, PKS, PKNU, dan lain-lain.
Organisasi-Organisasi Islam di Indonesia
Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik. Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan social menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir batin.
Tujuan Muhammadiyah ialah sebagai berikut.
1) Memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam.
2) Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut agama Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
1)   Mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam ( dari TK sampai dengan perguruan tinggi).
2)      Mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid
3)      Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama Islam secara modern dan memperteguh keyakinan tentang agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan Muhammadiyah juga telah memperhatikan pendidikan wanita yang dinamakan Aisyiah, sedangkan untuk kepanduan disebut Hizbut Wathon ( HW ).
Muhammadiyah sebagai gerakan islam modernis sejak awal kelahirannya telah memilih jalan pergerakan di wilayah social-keagamaan yang memusatkan perhatian pada cita-cita pembentukan masyarakat (masyarakat islam atau masyarakat utama) ketimbang bergerak di lapangan politik dengan melibatkan diri dalam kancah perjuangan politik-protaktis (riel politics) yang memperebutkan kekuasaan dalam pemerintahan dan lebih jauh lagi mencita-citakan pembentukan sistem Negara. Dengan orientasi gerakan social-keagamaan itu Muhammadiyah berhasil melakukan transformasi social ke berbagai struktur dan proses kehidupan masyarakat secara langsung, operasional, dan relative dapat diterima oleh banyak kalangan masyarakat. Melalui peranannya ini, di belakang hari Muhammadiyah telah menghadirkan ideology gerakan islam yang bercorak cultural dan bersifat modern yang melakukan perubahan-perubahan social dari kehidupan yang bercorak agraris-pedesaan keindustrial-perkotaan yang waktu itu merupakan fenomena baru dalam gerakan islam pada awal abad ke-20.
Dapat diakui saat ini bahwa persyarikatan Muhammadiyah adalah suatu organisasi social kemasyarakatan islam modern yang terbesar di seluruh dunia islam. Di samping itu juga tidak dapat di sangkal bahwa keberhasilan kiprah amaliah Muhammadiyah di bidang pendidikan dan pelayanan social kepada masyarakat sangat besar, dengan kata lain Muhammadiyah merupakan organisasi yang luar biasa. Dalam usianya yang lebih dari 80 tahun, Muhammadiyah telah memiliki lebih dari 13.000 sekolah dari jenjang pendidikan TK, SD, SLTP sampai ke SMU, juga Madrasah Diniyah dan Madrasah Muallimin/Muallimat serta pondok pesantren. Belum terhitung lebih dari 60 perguruan tinggi dan akademik tersebar di seeluruh nusantara.
Dalam bidang pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, Muhammadiyah telah memiliki lebih dari 400 unit usaha yang berupa rumah sakit umum, poliklinik, BKIA, panti asuhan dan yatim piatu, dan pos santunan social serta lebih dari 3000 mesjid. Hal lain yang perlu dicatat adalah bahwa prestasi Muhammadiyah yang gemilang itu dicapai melalui pendekatan terbuka, ramah, dan bersahabat dengan semua pihak, dan menempuh jalan yang dibenarkan oleh undang-undang yang berlaku serta tidak bersikap tertutup dan ekslusif. Salah satu kunci utama dari keberhasilan Muhammadiyah adalah sikapnya yang steady dan konsisten dengan maksud pendirian persyarikatan.
Muhammadiyah pada masa orde baru itu telah mengikrarkan diri untuk tidak mengulangi kesalahan politik yang sama seperti yang dilakukan pada masa Orde Lama dengan terlibat dalam Masyumi selama lebih dari sepuluh tahun. Melalui Tanwir Ponorogo dan Muktamar ke-38 di Ujung Pandang pada 1971, organisasi ini menegaskan pendirian politiknya bahwa Muhammadiyah tidak berafiliasi dan bukan merupakan bagian dari partai politik tertentu. Sejak itulah Muhammadiyah dari tingkat pusat hingga ranting, memberikan keleluasaan kepada anggotanya secara individu untuk menyalurkan aspirasi politik kepada partai politik yang ada sepanjang tidak menyimpang dari garis perjuangan Muhammadiyah.
Nahdhatul Ulama (NU)
            Pada mulanya NU merupakan organisasi social keagamaan dari kelompok islam tradisionalis. NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Pendirian NU ini sebagai usaha menahan perkembangan paham pembaharu islam di Indonesia. Pada waktu itu paham pembaharuan masuk ke Indonesia yang di bawa oleh para jama’ah haji yang pulang ke Indonesia. Seruan yang dikumandangkan adalah perlunya kembali kepada Al-qur’an dan hadits nabi sebagai sumber utama ajaran Islam. Masih terbukanya pintu ijtihad dan melarang praktik-praktik yang tidak sesuai dengan islam berupa bid’ah dan khurafat.
            Dengan tumbuhnya paham pembaharuan islam ini, kelompok islam tradisionalis berusaha menjaga paham yang selama ini dilaksanakan dengan membentuk organisasi, yang dinamakan Nahdhatul Ulama (kebangkitan ulama). Organisasi ini didirikan dimaksudkan juga dalam rangka mempertahankan ajaran-ajaran 4 mazhab ( Hambali, Hanafi, Syafi’I, dan Mhaliki ), terutama mazhab Syafi’i. Pendiri NU adalah KH. Hasyim As’ary, dan KH. Wachab Hasbullah.
            NU pada masa pergerakan terus berkembang dan tetap menjadi organisasi social keagamaan dan pendidikan. Sebagai pusat dari pergerakan organisasi ini adalah pesantren-pesantren dengan Kyai sebagai ujung tombaknya. Meskipun bergerak dalam bidang social keagamaan dan pendidikan, NU juga pernah bergabung dalam GAPI dan menyerukan jihad untuk melawan penjajahan.
 Ketika Indonesia merdeka, NU merupakan salah satu pilar partai politik Masyumi. Bersama-sama dengan Muhammadiyah, organisasi Islam pembaharu, NU mendirikanpartaipolitik Masyumi. Partai ini dimaksudkan sebagai satu-satunya partai Islam di Indonesia sebagai alat perjuangan dan aspirasi umat Islam Indonesia. Namun dalam perkembangan kemudian, karena ada salah paham dan pandangan yang berbeda denagan unsure-unsur dalam tubuh Masyumi. Dalam Muktamar yang diselenggarakan di Palembang tahun 1952, NU menyatakan sebagai partai politik yang berdiri sendiri dan tidak lagi menjadi bagian dari Masyumi.
Dengan keluarnya NU dari Masyumi maka orang Masyumi yang duduk dalam cabinet dari unsure Nu tidak lagi atas nama partai Masyumi tetapi atas nama partai NU. Dengan demikian karena NU memiliki massa yang banyak, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah, kekuatan NU menjadi sangat menentukan dalam setiap menyusun cabinet. Oleh karena itu, setiap penyusunan cabinet NU selalu menjadi partai politik yang harus dilibatkan dalam koaliisi pembentukan cabinet. Dengan kata lain, NU merupakan unsur dalam koalisi pembentukan cabinet. Dalam konteks itu maka bagi siapa saja, baik itu kalangan nasionalis (PNI) atau Masyumi harus mengajak NU dalam koalisi membentuk cabinet.
  
Hubungan Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama
Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah dua organisasi “terbesar” di Indonesia. Kata “terbesar”sengaja diberi tanda kutip karena awalan “ter” seharusnya menunjuk pada satu objek, bahkan dua. Keduanya disebut “terbesar” untuk menunjukkan betapa sulitnya menentukan mana yang satu di antara keduanya yang lebih besar. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang tidak bisa di ukur secara matematis.
Satu hal yang tidak bisa dimungkiri bahwa jika NU memiliki puluhan atau bahkan ratusan pesantren maka muhammadiyah memiliki lembaga pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi yang kurang lebih sama jumlahnya. Jika tokoh-tokoh NU memiliki puluhan LSM, Muhammadiyah pun memiliki lembaga-lembaga sosial yang tidak kalah, baik secara kualitas maupun kuantitas, dengan LSM NU. Alhasil, NU dan Muhammadiyah adalah dua aset bangsa yang tak ternilai harganya. Mengingat begitu signifikannya peran kedua organisasi ini, banyak kalangan berpendapat, jika di antara keduanya tidak ada masalah maka selesailah, minimal setengah dari persoalan bangsa ini. 
Sebaliknya, jika keduanya bertikai maka akan runyamlah nasib bangsa ini. Karenanya program mendamaikan dan atau mempertemukan keduanya terasa begitu urgen. Namun, sejauh mana upaya ini mungkin di lakukan akan sangat tergantung pada 2 faktor, pertama menyangkut latar belakang kelahiran kedua organisasi ini yang secara langsung terkait dengan paham keagaman yang diyakini dan diinterpretasikan oleh keduanya. Kedua, watak politik antara keduanya yang juga sedikit banyak dipengaruhi paham keagaman yang diyakini dan diinterpretasikan oleh keduanya.   
 
Penutup (Kesimpulan)
Agama tidak hanya mendukung pembangunan, pengembangan dan kemajuan di berbagai bidang, tetapi ia pun menuntut setiap hari yang dilalui umat manusia lebih baik dari hari sebelumnya. Hanya saja, pembangunan dan kemajuan ini harus berlangsung dalam kerangka prinsip, batasan, dan hukum Islam. Karena pada dasarnya, kesejahteraan hakiki manusia di dunia ini, selain juga kesejahteraan di akheratnya, bisa diperoleh hanya dengan jalan ini. Jika tidak demikian, bukankah kerusakan dan kejahatan yang kian merajalela saat ini, baik yang bersifat kejiwaan, moral, ataupun pemikiran di Barat sekarang ini, dengan segenap pembangunan dan kemajuan yang mereka capai, adalah hal yang tidak bisa ditutup-tutupi.
Dalam kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah waktunya umat Islam untuk terjun dalam perjuangan politik yang lebih serius. Umat islam tidak boleh lagi bermain di wilayah pinggiran sejarah. Umat Islam harus menyiapkan diri untuk memunculkan pemimpin-pemimpin yang handal, cerdas, berahklak mulia, profesional, dan punya integritas diri yang tangguh.
Umat Islam di Indonesia diharapkan tidak lagi termarginalisasi dalam panggung politik. Politik Islam harus mampu merepresentasikan idealismenya sebagai rahmatan lil alamin dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa ini.
Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan RI, umat Islam mayoritas penduduk, tampil dibarisan terdepan dalam perjuangan, baik perjuangan politik maupun perjuangan diplomasi. 
Peranan organisasi Islam dalam masa Pembangunan.Peranan Muhammadiah dalam pembangunan antara lain:
-Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuantinggi, berbudi luhur dan bertaqwa kepada Tuhan YME
-Melakukan usaha-usaha dibidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
 NU, yang pernah berkifrah dibidang politik dalam perkembangan selanjutnya NU bergerak dibidang agama, sosial dan kemasyaraktan.
Usaha-usaha NU antara lain:
-Mendirikan madrasah-madrasah-Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren
-Membantu dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin
MUI adalah organisasi keilmuan yang bersifat independen tidak beraviliasi kepada salahsatu aliran politk, mazhab atau aliran keagamaan Islam yang ada di Indonesia.
Adapun peranan MUI pada masa pembangunan adalah :
-Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosialkemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam di Indonesia pada umumnya,sebagai amar ma’ruf nahyi munkar dalam usaha meningkatkan ketahanan sosial.
-Memperkuat ukhuah Islamiyah dan melaksanakan kerukunan antar umat beragama dalam mewujudkan persataun dan kesatuan nasional.
-MUI adalah penghubung antara ulama dan umara serta menjadi penerjemahtimbal balik antara pemerintah dan umat Islam Indonesi guna menyukseskan pembangunan nasional.Pada masa pembangunan ini terdapat pula organisasi Islam yang menampung pada cendekia muslim yang di sebut ICMI. ICMI lahir pada Desember 1990 dan berkifrah pada hampir semua aspek kehidupan bangsa.
Peranan Lembaga Pendidikan dalam Pembangunan.Lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia ada yang didirikan dan dikelola langsung oleh pemerintah Depag seperti: MIN, MTsN, MAN, IAIN.Sealin itu, adapaula lemabaga-lembaga pendidikan Islam yang dikelola oleh swasta,tapi dibawah pengawasan serta pembinaan Depag, seperti: Bustanul Athfal, MI, MTs,MA dan perguruan tinggi lainnya.
Peranan kelembagaan Islam dalam pembangunan antara lain:
-Melakukan usaha-usaha agar masyarakt Indonesia bertaqwa kepada tuhanYME
-Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara-Memupuk persataun dan kesatuan umat-Mencerdaskan bangsa Indonesia-Mengadakan pembinaan mental spiritual.
                                

Tidak ada komentar: